Minggu, 27 Desember 2009

TRIK CEPAT BELAJAR BAHASA ASING

Bahasa emang modal utama buat kamu yang pengen belajar ke luar negeri. Mau tau cara cepat and tepat belajar bahasa asing, pantengin nich tipsnya…..
 Temen Gaul
Banyak bergaul dengan warga ato orang local, bisa sekalian minta ajarin and langsung praktek bahasa mereka dech. Jadi inget peribahasa, “ practice makes perfect!!!! ”
 Buku Bacaan
Dengan banyak membaca buku bacaan yang masih pake bahasa aslinya, tentunya bakal memperbanyak vocab kamu. Kalo kamu udah punya niat untuk baca, pasti kamu juga bakal berusaha ngerti artinya.
 Movie Corner
Setelah beberapa hari berkutat dengan pelajaran, sekali waktu kamu bisa nonton film untuk meredakan otak yang udah bekerja keras. Nah, sekalian buat memperlancar bahasamu, kamu bisa nonton film dengan bahasa asing tersebut. Kalo ada gambarannya pasti lebih gampang dech ngerti artinya…..
 With Music
Kata orang, musik adalah bahasa universal. Nah, buat kamu yang lagi belajar bahasa asing, musik ato lagu juga bisa jadi media belajar. Dengan sering mendengarkan lagu, asyik dengan bahasa asing tersebut, kamu juga bisa lancar berbahasa asing, yang pasti sekalian cari artinya donk!!!
 Tenteng Kamus
Biar cepet ngerti, jangan malu buat menenteng kamus kemana-mana. Bukannya mau dibilang si kutu buku, tapi kamus ini bisa sangat bermanfaat. Kalo-kalo di jalan kamu ketemu kata-kata yang bikin penasaran, langsung buka kamus dech…

Cara Asyik Belajar Bahasa Inggris

Penguasaan bahasa asing memang soal kebiasaan. Bagi kita yang tinggal di negara ESL (English as Second Language), membiasakan diri berbahasa Inggris bukan perkara gampang. Kan tidak semua orang tinggal di dekat Jalan Jaksa!
Sebetulnya cara paling cepat menguasai bahasa asing adalah dengan tinggal di negara aslinya. Tapi untuk itu butuh paspor, visa, rekening gendut, dan dengkul (lutut) sekuat Gatot Kaca. Jadi kita coret saja cara ini. Yuk, kita pakai cara asyik belajar bahasa Inggris… cara Dian Ara!

Nonton Film
Saat nonton film, dengarkan dan perhatikan tiap kalimat (pola maupun kosakata), lalu secepat kilat geser mata ke teks terjemahan. Sesuaikan jenis film dengan apa yang Anda ingin pelajari.
Untuk belajar grammar, tonton film-film Inggris. English Patient dan Pride and Prejudice sangat saya rekomendasikan, tapi siapkan cukup waktu dan energi agar tidak ketiduran. Bila suka yang lebih ringan, coba Love Actually. Atau yang musikal, Around the World in 80 Days (versi pemenang Oscar, bukan remake memalukan yang dibintangi Jackie Chan).
Untuk belajar komunikasi sehari-hari, tonton film-film Amrik. Tersedia Curious Case of Benjamin Button untuk pecinta drama, Saw dan Hostel untuk penggemar gory, atau Knocked Up untuk penggila komedi. Ada pula “advanced class”, seperti Fight Club, V for Vendetta, dan Watchmen.
Untuk belajar rude slang, tonton film-film tentang gangster (Snatch, juga versi aslinya: Lock, Stock and Two Smoking Barrels, lalu tentu saja Cicade de Deus dan Pulp Fiction) dan perampokan (Italian Job, Ocean’s Eleven). Sementara highschool-college slang bisa dipelajari dari Juno dan American Pie. Dan demi kesegaran mata, boleh juga “This is Spartaaa…”, hehehe…
Setelah itu,
Baca 2 Versi Buku
Pertama, baca versi asli buku berbahasa Inggris. Kalaupun banyak kosakata yang Anda belum kenali, cuek saja. Minimal otak bakal ingat. Setelah tuntas, baca versi terjemahan. Sekaligus untuk mempelajari arti kosakata yang aneh-aneh tadi.
Oke, ini lebih time-consuming. Tapi beginilah cara saya belajar. Lebih menyenangkan ketimbang kursus dan lebih murah ketimbang kuliah Sastra Inggris.
Tidak terlalu suka baca buku?
Baca Graphic Novel
Banyak graphic novel yang sudah diterjemahkan kok. Saya rekomendasikan Persepolis, Watchmen, A History of Violence, atau Bone.
Cara lain yang tak kalah asyiknya,
Update Status
Di setiap attention whore nirvana (twitter, plurk, facebook, dll) yang Anda ikuti, update status dalam bahasa Inggris. Akan ada saja orang yang kelewat iseng untuk memperbaiki kalimat Anda.
Dan terakhir,
Berpikir dalam Bahasa Inggris
Saya sering melakukannya, dan sangat membantu lho.
Jangan Malu, Jangan Takut!
Bahasa itu, mengutip Djenar Maesa Ayu, cuma alat komunikasi. Yang penting komunikan paham, bodo amat biarpun bahasa Inggris Anda belepotan. Toh, bahasa Indonlish (Indonesian English) jauh lebih oke ketimbang Singlish (Singaporean English), Inglish (Indian English), apalagi Malinglish (Malingsian English). Masih bisa dipahami. Perhatikan status Anang di awal tulisan ini. Ada minimal 1 kesalahan tense dan 3 kesalahan ejaan, tapi Anda paham maksudnya kan? Jadi jangan malu, jangan takut. Speak English, write English. Nantinya pasti terbiasa, lalu jago.
Penguasaan bahasa asing memang soal kebiasaan. Bagi kita yang tinggal di negara ESL (English as Second Language), membiasakan diri berbahasa Inggris bukan perkara gampang. Kan tidak semua orang tinggal di dekat Jalan Jaksa!
Sebetulnya cara paling cepat menguasai bahasa asing adalah dengan tinggal di negara aslinya. Tapi untuk itu butuh paspor, visa, rekening gendut, dan dengkul (lutut) sekuat Gatot Kaca. Jadi kita coret saja cara ini. Yuk, kita pakai cara asyik belajar bahasa Inggris… cara Dian Ara!

Nonton Film
Saat nonton film, dengarkan dan perhatikan tiap kalimat (pola maupun kosakata), lalu secepat kilat geser mata ke teks terjemahan. Sesuaikan jenis film dengan apa yang Anda ingin pelajari.
Untuk belajar grammar, tonton film-film Inggris. English Patient dan Pride and Prejudice sangat saya rekomendasikan, tapi siapkan cukup waktu dan energi agar tidak ketiduran. Bila suka yang lebih ringan, coba Love Actually. Atau yang musikal, Around the World in 80 Days (versi pemenang Oscar, bukan remake memalukan yang dibintangi Jackie Chan).
Untuk belajar komunikasi sehari-hari, tonton film-film Amrik. Tersedia Curious Case of Benjamin Button untuk pecinta drama, Saw dan Hostel untuk penggemar gory, atau Knocked Up untuk penggila komedi. Ada pula “advanced class”, seperti Fight Club, V for Vendetta, dan Watchmen.
Untuk belajar rude slang, tonton film-film tentang gangster (Snatch, juga versi aslinya: Lock, Stock and Two Smoking Barrels, lalu tentu saja Cicade de Deus dan Pulp Fiction) dan perampokan (Italian Job, Ocean’s Eleven). Sementara highschool-college slang bisa dipelajari dari Juno dan American Pie. Dan demi kesegaran mata, boleh juga “This is Spartaaa…”, hehehe…
Setelah itu,
Baca 2 Versi Buku
Pertama, baca versi asli buku berbahasa Inggris. Kalaupun banyak kosakata yang Anda belum kenali, cuek saja. Minimal otak bakal ingat. Setelah tuntas, baca versi terjemahan. Sekaligus untuk mempelajari arti kosakata yang aneh-aneh tadi.
Oke, ini lebih time-consuming. Tapi beginilah cara saya belajar. Lebih menyenangkan ketimbang kursus dan lebih murah ketimbang kuliah Sastra Inggris.
Tidak terlalu suka baca buku?
Baca Graphic Novel
Banyak graphic novel yang sudah diterjemahkan kok. Saya rekomendasikan Persepolis, Watchmen, A History of Violence, atau Bone.
Cara lain yang tak kalah asyiknya,
Update Status
Di setiap attention whore nirvana (twitter, plurk, facebook, dll) yang Anda ikuti, update status dalam bahasa Inggris. Akan ada saja orang yang kelewat iseng untuk memperbaiki kalimat Anda.
Dan terakhir,
Berpikir dalam Bahasa Inggris
Saya sering melakukannya, dan sangat membantu lho.
Jangan Malu, Jangan Takut!
Bahasa itu, mengutip Djenar Maesa Ayu, cuma alat komunikasi. Yang penting komunikan paham, bodo amat biarpun bahasa Inggris Anda belepotan. Toh, bahasa Indonlish (Indonesian English) jauh lebih oke ketimbang Singlish (Singaporean English), Inglish (Indian English), apalagi Malinglish (Malingsian English). Masih bisa dipahami. Perhatikan status Anang di awal tulisan ini. Ada minimal 1 kesalahan tense dan 3 kesalahan ejaan, tapi Anda paham maksudnya kan? Jadi jangan malu, jangan takut. Speak English, write English. Nantinya pasti terbiasa, lalu jago.

Merancang Belajar Menjadi Asyik

INOVASI BARU: Cara Modern Menjadi Penulis Hebat!

Penulis: Rahmat Hidayat Nasution
Mahasiswa universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Fakultas Syariah Islamiyah, Tingkat IV, dan kru media TëROBOSAN Kairo, Mesir.
Judul: Belajar Itu Asyik, Lho!
Pengarang : Handa dan Ning
Penerbit: Khansa, Bandung, 2007
Tebal: Xii, 129 halaman
Sungguh, begitu banyak orang beranggapan bahwa belajar itu bikin badmood, boring atau malas. Padahal, tanpa disadari, sebenarnya belajar sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Asumsi yang menyatakan bahwa belajar selalu membuat kita boring hanyalah lagu lama. Kini, belajar bisa diformat menjadi kegiatan yang mencerahkan dan mengasyikkan. Sehingga, budaya cara belajar kebut semalam yang cukup melelahkan itu dapat kita kikis dan diganti dengan cara belajar orang-orang sukses yang mengakui bahwa belajar itu sungguh mengasyikkan. Caranya? Penulis buku ini, Handa dan Ning telah melakukan analisis dan akhirnya memberikan kesimpulan, bahwa semua itu tergantung pada niat dan langkah mengenal cara belajar yang dipola sendiri; mulai dari gaya belajar, waktu, bahkan trik-trik jitu supaya belajar asyik dan tetap efektif. Semua kegiatan belajar tersebut bisa dikondisikan dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Buku yang memiliki format 11,5 x 17,5 cm ini bukan hanya memberikan trik-trik jitu agar belajar jadi asyik, tapi juga memberikan ‘rangsangan-rangsangan’ yang dapat menghilangkan penilaian-penilaian negatif saat belajar. Bahkan, penulis buku ini menyatakan bahwa yang harus dimiliki setiap pelajar adalah selalu pikiran positif. Kegagalan yang pernah dialami bukanlah jadi problem. Tapi katakanlah, “bahwa aku bisa jadi sang juara”. Bukankah Thomas Alfa Edison berkali-kali mengalami kegagalan, bahkan selalu mendapatkan cemoohan agar ia berhenti melakukan percobaannya. Akan tetapi, ia tidak pernah menyerah dan patah semangat sedikit pun, sampai akhirnya bisa menemukan lampu pijar.
Belajar dari ‘keasyikan’ Thomas Alfa Edison dalam ‘belajar’ menemukan lampu pijar, sejatinya kita juga bisa memformat belajar itu jadi asyik. Karena kesuksesan Thomas Alfa Edison hanya disebabkan dua hal: niat dan berusaha menemukan cara ‘belajar’ sendiri yang mengasyikkan agar bisa menghasilkan lampu pijar. Karena itu, Penulis pun berkesimpulan bahwa jurus-jurus yang dapat membuat belajar jadi asyik dan tetap efektik ada enam. Pertama, Belajar setiap hari; Kedua, Tanyakan sampai jelas hal-hal yang belum dipahami kepada guru atau teman yang pintar; Ketiga, baca materi plus referensi pelajaran untuk besok; Keempat, buat daftar pertanyaan; Kelima, cari referensi sebanyak-banyaknya; dan Keenam, rajin berdiskusi dengan teman. Jadi, ‘belajar yang asyik’ menurut penulis buku ini adalah keteraturan kita dalam menata segala hal yang berhubungan belajar, dari mengatur waktu belajar hingga titik akhir pehamanan kita tentang materi yang ada. Karena dengan mengikat segala hal yang membuat asyik dalam belajar, tak pelak lagi keinginan untuk terus belajar dan membaca pun kian memiliki frekuensi yang cukup kuat.
Selain itu, Penulis buku ini pun tak ketinggalan memberikan tips-tips untuk senantiasa mendapatkan semangat belajar. Antara lain dengan membaca kisah-kisah tentang orang sukses dalam meraih apa yang diinginkannya dan memberikan arahan-arahan untuk selalu menemukan motivasi dalama belajar, misalnya membaca buku sirah nabawiyah.
Buku ini cocok untuk pelajar dan mahasiswa dalam usaha menemukan cara belajar yang asyik, sehingga bisa meraih nilai yang memuaskan atau menjadi bintang pelajar. Sebab, bukan hanya tips-tips belajar yang mengasyikkan saja yang ada dalam buku terbitan Khansa ini, belajar mengatur waktu, cara membaca efektif, dan bahkan langkah-langkah menjadi orang ‘besar’ juga diajarkan. (*)

Belajar Bahasa Indonesia yang Menyenangkan

Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak

Pengembangan media sangat diperlukan untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia. Media yang perlu digunakan untuk pengembangan pelajaran bahasa Indonesia yaitu media pandang–dengar (audio visual) seperti kamera, poster, gambar, OHP, slide.
“Dengan mengembangkan media pandang-dengar dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada tiga aspek yang dapat diamati, yaitu sikap mental, kemampuan mengemukakan pendapat dengan penalaran atau logika yang logis dan penggunaan bahasa yang kreatif,” kata peneliti Untan, Nanang Heryana, Senin (1/4).
Menurut Nanang, dari hasil kajian penelitiannya sikap mental dalam berbicara merupakan unsur kejiwaan pembicara dalam mempengaruhi baik atau tidaknya pembicara saat berbicara. Unsur kejiwaan ini dibedakan atas rasa komunikasi, rasa humor, dan rasa percaya diri.
Sedangkan penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran atau kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Saat bicara, penalaran sangatlah penting agar kegiatan berbicara dapat berjalan secara efektif dan komunikatif.
Kreativitas dalam kegiatan berbicara di depan umum juga sangatlah penting. Pembicara tidak cukup hanya menyampaikan fakta atau informasi tapi bagaimana caranya agar fakta atau informasi tersebut sampai pada pendengar. Dan disampaikan dengan menarik, tidak membosankan.
“Pembicara diharapkan dapat kreatif, missal mengeluarkan joke-joke segar, memberikan contoh-contoh,” ungkapnya.
Dikatakan Nanang ada tiga langkah pokok yang perlu diperhatikan dalam pengembangan media, yaitu mengaitkan pengembangan media dengan karakteristik pembelajaran, tujuan dan materi pembelajaran, mengaitkan kegiatan pada langkah pertama dengan kegiatan belajar mengajar, menyeleksi alat Bantu mengajar yang selaras dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dari hasil penelitian Nanang Heryana dan Laurensius Salem di SMA Katolik Gembala Baik Pontianak. Untuk mengetahui layak tidaknya media terutama audio visual dilakukan uji coba pada pembicara. Dan hasil uji coba yang dilakukan pembicara dari guru SMA Katolik Gembala Baik Pontianak, Donata Simu menyatakan media yang dibuat dinyatakan sesuai dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Tapi Donata Simu masih meragukan apakah media tersebut dapat meningkatkan mental positif siswa dan meningkatkan logika berbicara. Ia juga berpendapat media audio visual yang digunakan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berbicara khususnya dalam menggunakan bahasa.
“Karena siswa dapat meniru para tokoh dalam mengolah bahasa dan media cukup menarik untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran keterampilan berbicara,” jelasnya.
Diungkapkan Nanang, dari 42 siswa yang dimintai pendapat tentang media yang digunakan ternyata 41 siswa atau 97,61 persen menyatakan sesuai dengan materi atau mata pelajaran yang sedang dipelajari dan hanya 1 siswa atau 2,39 persen menyatakan kurang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.
Dari 42 siswa itu, diketahui bahwa 14 siswa 33,33 persen menyatakan dapat meningkatkan sikap mental positif. Ada 24 siswa 57,14 persen menyatakan cukup. Artinya cukup dapat meningkatkan sikap mental positif. Dan 4 siswa 9,52 persen menyatakan kurang dapat meningkatkan mental positif.
Saat ditanya, sebagian besar menjawab cukup atau kurang yakin dapat meningkatkan sikap mental mereka.
26 orang atau 61,90 persen menyatakan media dapat meningkatkan logika berbicara. Sedangkan dalam hal meningkatkan kreativitas dalam menggunakan bahasa. Hanya 4 siswa 9,52 persen menjawab yakin media dapat meningkatkan kreativitas dalam mengunakan bahasa. Sebagian besar, 37 siswa atau 88,09 persen menyatakan media hanya cukup meningkatkan kreativitas menggunakan bahasa. Sedangkan para guru berpendapat melihat penampilan para pembicara seharusnya para siswa dapat meniru bagaimana cara mengolah bahasa. Misalnya kadang berbicara keras, kadang lembut dan seterusnya.
31 siswa dari 42 responden menyatakan media tersebut menarik, 10 siswa menyatakan media cukup menarik dan 1 orang menyatakan kurang menarik. Alasan siswa menyatakan menarik karena selama ini guru yang mengajarkan keterampilan berbicara tidak pernah menggunakan media audio visual.
”Penggunaan media audio visual menurut para siswa lebih menarik dibandingkan dengan penggunaan media audio yang berupa tape recorder,” katanya.

Apa itu Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar?

Sebelum sampai pada pembahasan Bahasa Indonesia yang benar dan baik, terlebih dahulu kita perlu tahu bagaimana standar
resmi pembakuan Bahasa Indonesia. Jika bahasa sudah memiliki baku atau standar yang sudah disepakati dan diresmikan oleh negara atau pemerintah, barulah dapat dibedakan antara pemakaian bahasa yang benar dan tidak.
Seperti yang ditulis di buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun 1988, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.
“Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baku” (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 19).
Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran” (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

RAGAM BAHASA INDONESIA

RAGAM BAHASA INDONESIA

Bahasa dalam perwujudannya mencakup strukur bentuk dan makna. Dengan bahasa, manusia saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan saling belajar untuk meningkatkan intelektual (Depdiknas, 2003). Dengan bahasa, segala ilmu pengetahuan yang diciptakan atau ditemukan manusia dapat disebarluaskan kepada orang lain, ke daerah lain untuk kepentingan kesejahteraan manusia secara umum. Kehidupan pun semakin hari semakin baik berkat penemuan-penemuan baru oleh para ilmuwan. Ilmu pengetahuan tersebut harus disampaikan dengan mengunakan bahasa yang dipahami orang lain. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menerjemahkan buku yang ditulis oleh para ilmuwan ke dalam berbagai bahasa, khususnya ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang memerlukan ilmu pengetahuan tersebut, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam buku tersebut menjadi maksimal.

Selain penyampaian informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.

Kesalahan berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.

Kridalaksana (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak miring atau digarisbawahi.

Ragam bahasa menurut jenis pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

ALINEA DAN PARAGRAF

ALINEA DAN PARAGRAF
 Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru.
 Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea.
 Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Syarat sebuah paragraph
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :

1) Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas
2) Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
1) Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
2) Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.

Sabtu, 19 Desember 2009

PARAGRAF / ALINEA

PARAGRAF / ALINEA

1. Pengertian Paragraf
Paragraf atau dikenal juga dengan nama alinea, adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain, membentuk satu kesatuan untuk mengungkapkan atau mengemukakan satu gagasan atau ide pokok. Paragraf mempunyai kesatuan pikiran yang luas dari beberapa kalimat. Meskipun demikian ada juga paragraf yang mempunyai hanya terdiri dari satu kalimat saja. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kurang dikembangkan oleh penulisnya.
b. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan.
c. Dialog dalam narasi diperlakuan sebagai satu alinea
Paragraf juga merupakan suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan tulisan yang ditulis agak menjorok ke dalam .
Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf surat kabar umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150 kata. Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
2. Tujuan Pembentukan Paragraf
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
3. Struktur Paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni:

a. Kalimat topik
Kalimat topik merupakan bagian terpenting yang berisi ide pokok atau gagasan dalam suatu paragraf. Bagian ini mengarahkan dan sekaligus mengontrol pengembangan alinea Kalimat ini biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Karena kalimat topik merupakan kalimat yang terpenting maka kalimat topik itu hendaknya:
 Merupakan kalimat efektif yang menarik
Pengertian efektif pada kalimat efektif berarti membuahkan hasil. Hasil yang diharapkan dari suatu kalimat adalah pemahaman. Ditambahkan juga kata menarik, itu berarti bahwa kalimat topik hendaknya dapat memikat perhatian pembaca.

 Merupakan susunan yang runtut dan logis
Untuk mengetahui susunan paragraf yang runtut dan logis, perhatikanlah contoh berikut ini:

1) Pemeliharaan dan penanaman padi dilakukan pada musim yang tepat.
2) Penanaman dan pemeliharaan padi dilakukan pada musim yang tepat.


Jika diperhatikan sepintas, kedua kalimat di atas seolah-olah tidak ada masalah. Hal ini terjadi karena tata bahasa pada kalimat tersebut tidak memiliki kesalahan. Namun jika diperhatikan dengan cermat, maka pada kedua kalimat itu terdapat ketidakruntutan dan ketidaklogisan.
Pada kalimat (1), seharusnya urutan dari ‘pemeliharaan dan penanaman’ menjadi ‘penanaman dan pemeliharaan’, karena pemeliharaan padi baru bisa dilakukan setelah padi ditanam’ . Pada kalimat (2), walaupun kalimat(1) sudah diperbaiki menjadi kalimat (2), namun dalam kalimat itu masih terdapat ketidaklogisan, yaitu pada kata ‘yang harus dilakukan pada musim yang tepat’. Di sini hanya ‘penanaman padi yang dilakukan pada musin yang tepat, sedangkan ‘pemeliharan padi’ tidak begitu.

 Merupakan rumusan yang tidak terlalu umum namun juga tidak terlalu spesifik.
Rumusan ini berkaitan dengan pengembangan topik dari paragraf bersangkutan. Jika terlalu umum, maka pengembangannya akan menjadi terlalu luas dan memerlukan banayak bahan. Sebaliknya, jika terlalu spesifik, maka pengembangannya akan menjadi terlalu sempit. Sebagai contoh kita mempunyai kalimat gagasan sebagai berikut:

“ Penelitian bermula dari sebuah perencanaan”.

Kalimat pendek tersebut memiliki kandungan isi yang bersifat umum. Agar kandungannya menjadi sesifik, kalimat itu perlu diperluas mejadi:

“Suatu penelitian ilmiah selalu bermula dari suatu perencanaan yang seksama”.

Dan jika pemakaian kata permula dipandang kurang tepat, maka dapat diganti menjadi

“Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dari suatu perencanaan yang seksama”.
Selain dari ketiga ciri yang di atas , ciri-ciri lain dari kalimat topik adalah:
1) Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
2) Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3) Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
4) Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau kata transisi.
b. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas atau kalimat pendukung atau kalimat pengembangan berfungsi untuk menjelaskan, mendukung, dan menguraikan ide utama. Ciri-ciri kalimat penjelas ini adalah
1) Pada umumnya merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
2) Arti kalimatnya baru akan terlihat jelas, setelah dihubungkan dengan kaliamt lain dalam satu alinea.
3) Pembentuknya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kata transisi.
4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
Untuk menghindari adanya kalimat pengembangan yang menyeleweng dari kalimat topik,maka ada langkah yang harus ditempuh. Langkah tersebut adalah perumusan butir-butir pengembangan secara ringkas di bawah kalimat topik, sehingga terbentuk semacam alinea.
Gagasan pokok yang terkandung dalam kalimat topik pada hakikatnya merupakan pengungkapan dari :

1. ‘Apa yang akan dibicarakan’ dengan mengajukan pernyataan sehubungan dengan ‘apa yang dibicarakan’,
2. Jawaban ringkas yang dapat dijadikan butir-butir pengembanganya. Adapun pertanyaan yang dapat diajukan itu ialah mengenai ‘bagaimana’. ‘mengapa’, dan pertanyaan lain yang relevan.
3. Langkah selanjutnya adalah mengecek apkah butir-butir itu sudah lengkap ataukah masih ada yang terlewatkan, dan kemudian menyusun kembali butir-butir itu dalam susunan yang dipandang paling tepat

Sebagai contoh kalimat topik yang dibahas sebelumnya, “Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dari suatu perencanaan yan seksama”. Untuk pengembangan kalimat topik tersebut , pertama-tama kita harus mengetahui kata kuncinya. Kata kunci dalam kalimat tersebut ialah penelitian ilmiah dan perencanaan. Hal kedua yang perlu diketahui adalah informasi yang terkandung di dalam kalimat itu bertitik labuh pada perencanaan. Setelah diketahui dua hal tersebut selanjutnya kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Bagaimana perencanaan penelitian ilmiah itu ?
b. Perencanaan penelitian ilmiah mengikuti suatu logika.
c. Mengapa perencanaan penelitian ilmiah itu mengikuti suatu logika ?
d. Karena perencanaan merupakan serentetan petunjuk-petunjuk yang disusun secara logis dan sistematis.
e. Mengapa peerncanaan itu harus seksama dan bagaimana konsekuensinya ?
f. Karena perencanaan itu harus baik, akibatnya membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan semula.

Dengan ditemukannya jawaban dari masing-masing pertanyaan di atas berarti kita telah temukan kalimat-kalimat pengembangan dari topik da atas. Langkah selanjutnya ialah menyusun kalimat-kalimat pengembangan tersebut dalam suatu rangkaian dengan kalimat topiknya.







Dengan mebaca kembali kalimat di atas kita dapat merasakan masih terdapat kekuranglancaran penuturan gagasan. Hal ini terjadi karena hubungan antara kalimat dalam rangkaian itu kurang koheren, sehingga perlu diedit atau disunting. Penyuntingan dapat dilakukan dengan:

 Menambahkan kata-kata baru yang diperlukan,
 Menghilangkan kata-kata yang tidak diperlukan,
 Mengganti kata-kata yang tidak tepat,
 Mengubah susunan kalimat,
 Menggabungkan dua kalimat menjadi sebuah kalimat,
 Memecahkan kalimat yang terlalu panjang menjadi dua kalimat atau lebih,
 Membetulkan ejaan dan tanda bacanya, dan
 Hal-hal lain yang dipandang perlu.

Dengan menyunting kalimat kedua, ketiga, dan keempat dalam rangkaian kalimat di atas, maka menghasilkan rangkaian kalimat berikut ini.







Rangkaian kalimat yang sudah tersusun seperti di atas masih dapat dikembangkan lagi. Misalnya dilanjutkan pengembangan topik dalam rangkaian kalimat di atas dengan menjawab pertanyaan berikut.

1. Apakah pentingnya perencanaan penelitian itu ?
2. Masih mungkinkah suatu perencanaan yang disusun secara seksama itu diubah ?
c. Kalimat penutup
Setelah pengembangan kalimat itu sampai pada batas kecukupan, maka paragraf itu sebaliknya segera diakhiri. Kalimat yang mengakhiri alinea itu disebut kalimat penutup. Demi terwujudnya kesatuan gagasan, penyusunan kalimat topik hendaknya kalimat penutup harus ditulis berdasarkan kalimat-kalimat pengembang / penjelasnya. Kalimat penutup dalam suatu paragraf dapat berupa penekanan kembali, kesimpulan dan rangkuman.
4. Persyaratan Paragraf
a. Memiliki kesatuan paragraf.
Maksud dari pernyataan adalah bahwa dalam satu paragraf hanya terdapat satu gagasan pokok saja untuk merangkai kesuluruhan tulisan. Dengan kata lain, semua kalimat dalam paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok saja. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya. Contoh paragraf berkalimat sumbang adalah



b. Memiliki kepaduan paragraf atau koherensi
Koherensi adalah adanya keterpaduan atau hubungan antara kalimat dengan kalimat dalam paragraf tersebut. Keterpaduan tersebut dapat dibangun dengan memperhatikan:
- Unsur kebahasaan
1. Repetisi

Repitisi merupakan pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan. Contoh : Banjir adalah aliran yang deras di sungai. Banjir disebabkan oleh pendangkalan sungai.
2. Kata Ganti
Kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan. Macam-macam kata ganti :
a. Kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b. Kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian,
c. Kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau,mereka, nya.
Contoh: Ani dan Tini kuiah di UI. Mereka sering berangkat bersama-sama.
3. Kata transisi
Kata transisi adalah kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi. Macam-macam kata transisi :
a. berhubungan dengan pertambahan;
b. berhubungan dengan perbandingan;
c. berhubungan dengan pertentangan;
d. berhubungan dengan tempat;
e. berhubungan dengan tujuan;
f. berhubungan dengan waktu;
g. berhubungan dengan singkatan.
Contoh: Sidang skripsi Ani akan diadakan minggu depan. Untuk maksud itu, ia sudah mempersiapkan diri.
- Perincian dan urutan isi paragraf :
a. urutan waktu
b. urutan logis
c. urutan ruang
d. urutan proses
e. sudut pandangan/ point of view

- Kelengkapan
Paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/ kalimat utama dalam paragraf.

5. Jenis Kalimat
a. Menurut fungsinya dalam karangan
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan bagian yang pertama kali akan ditemukan oleh pembaca. Oleh karena itu, suatu paragraf pembuka hendaknya
- Menghantar pokok pembicaraan
- Tidak boleh terlalu panjang
- Menarik minat dan perhatian pembaca
- Menyiapkan pikiran pembaca untuk mengetahui seluruh isi karangan
- Membimbing pembaca untuk memasuki permasalahan yang akan dibicarakan.
2. Paragraf isi
Suatu inti permasalahan atau ide pokok perlu dikembangkan agar menjadi konkret. Paragraf yang bertugas mengungkapkan ide pokok beserta pengembangnya disebut paragraf isi (paragraf pengembang). Dalam paragraf isi ini akan dikemukakan apa yang menjadi inti persoalannya.
Paragraf isi merupakan bagian yang esensial. Oleh karena itu, penulis yang baik akan berhati-hati sekali dalam menyusun paragraf ini. Penulis akan memperhatikan apakah kalimat-kalimat dalam paragraf yang dibuatnya itu sudah disusun dengan runtut, dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang logis. Jika belum, tentu saja penulis harus merevisinya. Itulah yang perlu diketahui bahwa karangan yang sampai dihadapan kita umumnya bukan hasil kerja sekali jadi, tetapi melalui proses perbaikan yang kadang-kadang tidak cukup satu atau dua kali.

Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah alinea isi yang dapat dijadikan pedoman.

a. Pola Urutan Waktu

Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya secara kronologis. Dalam pola ini yang perlu diperhatikan adalah keruntutan pengungkapan gagasan, sehingga tidak ada hal yang terlewati, dan tidak terjadi pengurangan. Pola urutan waktu yang digambarkan sebagai berikut.



Contoh:


Urutan waktu yang tidak selalu dinyatakan secara eksplisit dengan ungkapan

Urutan waktu yang tidak selalu dinyatakan secara eksplisit dengan ungkapan penghubung waktu seperti contoh di atas, atau dengan keterangan waktu, tetapi dinyatakan juga secara implisit. Dalam hal ini pola urutan waktu hanya ditunjukan oleh pengungkapannya yang berturut-turut.
Contoh:















b. Pola Runtutan Tingkat

Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan sebagainya. Prinsipnya sama dengan pola urutan waktu, yaitu hendaknya tidak ada tingkatan yang terlewati atau terkurangi. Pola urutan tingkat dapat digambarkan sebagai berikut:






Contoh:















c. Pola Urutan Apresiatif
Pada pola urutan apresiatif, penulis akan mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar, berguna tidak berguna, dan sebagainya.Hal-hal yang buruk diungkapkan terlebih dahulu, lalu hal-hal yang baik; mula-mula diuraikan hal-hal yang merugikan, lalu hal-hal yang menguntungkan; mula-mula diuraikan hal-hal yang salah, lalu yang benar dan sebagainya. Urutan yang demikian itu tentu saja dapat dibalik. Hanya saja, yang penting ialah bahwa dalam pola ini arahnya kepada penghargaan suatu hal dengan menunjukan kelebihan dengan kekurangannya..
Contoh:


















Dalam contoh di atas, penulis mula-mula menunjukkan pendapat orang yang keliru, dan kemudian menunjukkan kekeliruannya. Baru kemudian, pembaca ditunjukkan pendapat yang benar.

d. Pola Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting. Pola urutan tempat ini sangat ditentukan oleh sudut pandangan penulis.
Contoh:











e. Pola Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin menaik, sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens.
Contoh:




3. Paragraf penutup
Setiap karangan jika pokok permasalahanya telah diungkapkan secara tuntas hendaknya ditutup dengan sepatutnya. Paragraf yang akan menutup atau mengakhiri suatu karangan disebut paragraf penutup. Paragraf ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian karangan sebelumnya. Oleh karena itu, paragraf penutup hendaknya memperkuat gagasan pokok, dan sekaligus menggambarkan isi karangan secara singkat.
Karena bertugas untuk mengakhiri suatu karangan, maka paragraf penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi tidak juga terlalu singkat. Sebagai ancar-ancar, bagian yang mengakhiri suatu karangan itusebaiknya kira-kira sepersepuluh dari bagian karangan sebelumnya. Hanya saja yang perlu diingat, bagian penutup ialah bagian yang terakhir sekali dibaca oleh pembaca kita. Oleh karena itu, bagian ini efektif jika pilihan kata, susunan kalimat, dan susunan alinea ini diolah sedemikian rupa, sehingga menjadi bagian yang paling berkesan pada diri pembaca.

Adapun paragraf yang akan menutup suatu karangan itu dapat berupa kesimpulan, ringkasan, penekanan kembali hal-hal yang penting, saran, dan harapan. Masing-masing penutup itu mempunyai ketepatan pemakaian yang berbeda. Kesimpulan tepatnya dipakai apabila dalam bagian-bagian karangan sebelumnya berupa premis-premis. Ada premis mayor, ada premis minor yang keduanya diatur sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya ditutup dengan sebuah kesimpulan. Dalam hal ini, kesimpulan hendaknya bukan hanya barupa ulangan dari hal-hal yang sudah diungkapkan pada bagian karangan sebelunnya. Demikian pula penutup yang berupa saran, dan harapan hendaknya juga bukan merupakan apa yang sudah diungkapkan pada bagian karangan sebelumnya. Sebaliknya, alinea-alinea penutup yang berupa ringkasan, dan penekanan kembali hal yang penting justru mengulang secra singkat dan padat namun kalimat-kalimatnya hendaknya tidak sama dengan yang diulang. Kalimat-kalimat yang mengulang itu sebaiknya merupakan varian dari kalimat yang diulang dengan makna yang sama.
Contoh paragraf penutup yang berupa kesimpulan:













Contoh paragraf penutup yang berupa ringkasan:












Contoh paragraf penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang penting:













Contoh paragraf penutup yang berupa saran:










Contoh paragraf penutup yang berupa harapan:



b. Menurut posisi kalimat topiknya:
1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif memilki kalimat topik yang berada pada awal paragraf.

Contoh:

2. Paragraf induktif
Kalimat topik pada paragrf induktif berada pada akhir suatu paragraf.

3. Paragraf deduktif-induktif: kalimat topik di awal dan di akhir paragraf
4. Paragraf deskriptif dan naratif (Menyebar): Paragraf penuh kalimat topik. Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
 Samarkand mencapai masa keemasannya di era Islam, ktika Dinati Timurid (1370-1506 M) berkuasa. Dinasti itu menundukan Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad – penguasa dinasti Khawarizmania. Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dua penjajah terkemuka Marci Poloa dan Ibnu Batutta sudah melihat geliat kemajuan yang dicapai Samarkand.

 Hamparan sawah membentang luas. Padi menguning menunduk berayun-ayun, meliuk-liuk ditiup angin lembah, beromba-ombak bagai samudra. Dangau-dangau berpencaran. Bocah-bocah bertepuk sorak dengan suara nyaring, mengusir kawanan-kawanan parkit yang berpesta pora memakarn bulir-bulir padi. Bukit yang membujur bagaikan raksasa tidur, membatas di kejauhan, berselimut mega seputih kapas, menambah asri pemandangan.
 Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
c. Menurut sifat isinya:
1. Paragraf persuasi / persuatif: jika isi dari paragraf bersifat mempromosikan dengan cara mempengaruhi pembaca.
Persuasif adalah tulisan yang berisi himbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi orang lain, tulisan harus disertai penjelasan dan fakta-fakta.
Contoh:
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu,hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.
2. Paragraf argumentatif / argumentasi: jika paragraf membahas suatu masalah dengan bukti-bukti.
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu.
Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Dalam paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali. Ciri- ciri tersebut misalnya (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung; (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.
Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.
1.
Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan (Tarigan 1981 : 28).
1.
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :
1. melontarkan pandangan / pendirian
2. mendorong atau mencegah suatu tindakan
3. mengubah tingkah laku pembaca
4. menarik simpati
Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis

3. Paragraf naratif / narasi: jika isi dari paragraf bersifat menuturkan peristiwa.
4. Paragraf deskriptif /deskripsi: jika alinea menggambarkan sesuatu hal.
5. Paragraf ekspositoris / eksposisi: jika isi paragraf bersifat memaparkan sesuatu.
Eksposisi merupakan sebuah paparan atau penjelasan.
Jika ada paragraf yang menjawab pertanyaan apakah itu? Dari mana asalnya? Paragraf tersebut merupakan sebuah paragraf eksposisi. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Contoh : laporan

Dalam paragraf eksposisi, ada beberapa jenis pengembangan, yaitu (1) eksposisi definisi, (2) eksposisi proses, (3) eksposisi klasifikasi, (4) eksposisi ilustrasi (contoh), (5) eksposisi perbandingan & pertentangan, dan (6) eksposisi laporan.
Mengenali Contoh-contoh Paragraf Eksposisi
PARAGRAF 1
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
Eksposisi proses menjelaskan rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan suatu produk
PARAGRAF 2
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
PARAGRAF 3
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
Eksposisi ilustrasi keterangan tambahan berupa contoh, bandingan gambar, grafik dan sebagainya untuk memperjelas paparan. Jadi paragraf eksposisi ilustrasi adalah paragraf yng berupa keterangan tambahan yang memperjelas paparan atau eksposisi itu
PARAGRAF 4
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh – sungguh.
PARAGRAF 5
Pascagempa dengan kekuatan 5,9 skala richter, sebagian Yogyakarta dan Jawa Tengah luluh lantak. Keadaan ini mengundang perhatian berbagai pihak. Bantuan pun berdatangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan berbentuk makanan, obat-obatan, dan pakaian dipusatkan di beberapa tempat. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian bantuan tersebut lebih cepat. Tenaga medis dari daerah-daerah lain pun berdatangan. Mereka memberikan bantuan di beberapa rumah sakit dan tenda – tenda darurat.
PARAGRAF 6
Sebenarnya, bukan hanya ITS yang menawarkan rumah instan sehat untuk Aceh atau dikenal dengan Rumah ITS untuk Aceh (RI-A). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum juga menawarkan “Risha” alias Rumah Instan Sederhana Sehat. Modelnya hampir sama, gampang dibongkar-pasang, bahkan motonya “Pagi Pesan, Sore Huni”. Bedanya, sistem struktur dan konstruksi Risha memungkinkan rumah ini berbentuk panggung. Harga Risha sedikit lebih mahal, Rp 20 juta untuk tipe 36. akan tetapi, usianya dapat mencapai 50 tahun karena komponen struktur memakai beton bertulang, diperkuat pelat baja di bagian sambungannya. Kekuatannya terhadap gempa juga telah diuji di laboratorium sampai zonasi enam.
Topik – topik yang Dapat Dikembangkan Menjadi Paragraf Eksposisi
Tujuan paragraf eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian informasi. Berikut ini contoh – contoh topik yang dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf eksposisi.
1. Manfaat menjadi orang kreatif
2. Bagaimana proses penyaluran bantuan langsung?
3. Konsep bantuan langsung tunai.
4. Faktor – faktor penyebab mewabahnya penyakit flu burung.

1. Contoh alinea deduktif:
Komunikasi umumnya tampil dalam bentuknya yang informatif, edukatif dan persuasif maksudnya, komunikasi biasa digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mendidik, atau mempengaruhi persepsi lawan bicara, sehingga terbentuk sikap dan bahkan opini baru.
2. Contoh alinea induktif:
Orang tua, siapa pun dia, janganlah menjajah anak. Sebaliknya anak patutlah selalu ingat hahwa sejahat-jahatnya orang tua, dia tidak akan sampai hati membunuh anak hanya karena haknya tidak dipenuhi oleh anak. Namun perlu sekali menyadari, bahwa orang tua selamanya menghendaki yang baik bagi anaknya, sekalipun harus diakui bahwa yang menurutnya baik itu, tidak selalu demikian menurut ukuran umum. Dengan demikian, yang perlu ialah bagaimana menciptakan cara terbaik untuk mencapai saling pengertian.
3. Contoh alinea campuran:
Mencari dasar baru yang kekal, aman, dan pasti, bukan perkara kecil Satu, langkah ke depan dalam hal ini sulit sekali. Sebaliknya, satu langkah ke belakang yang tanpa kita sadari mudah sekali terjadi Karena itu sering kita terjebak langkah mundur, dari sekarang itulah yang sedang kita alami.
Selain ketiga jenis alinea di atas, ada alinea yang tidak mempunyai kalimat topik. Gagasan nama alinea tersebut terdapat pada seluruh kalimat yang ada, yang satu sama lain menggambarkan keadaan tertentu. Alinea demikian lazimnya dinamakan alinea deskriptif.

Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf mencakup dua hal:
a. Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan;
b. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Macam-macam metode pengembangan:
1. Klimaks dan Anti Klimaks
2. Sudut Pandangan / Point of View
3. Proses
4. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan pengembangan paragraf jenis ini mengungkapkan persamaan dan perbedaan dua objek atau lebih.
(1) Kota Jakarta dan Bandung mempunyai persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya termasuk kota besar bahkan sebagai ibukota provinsi. (3) Ditinjau dari suasana, Jakarta bersuhu panas sedangkan Bandung sejuk. (4) Di samping itu, Kota Jakarta memiliki peran lain, yaitu sebagai ibukota negara.
Persamaan ditunjukkan oleh kalimat (2) dan
perbedaan oleh kalimat (3) dan (4).

5. Analogi
6. Contoh
Pengembangan jenis ini dikemukakan suatu pernyataan yang diikuti rincian berupa contoh-contoh.
Sejalan dengan perkembangan sejarahnya, perbendaharaan kata Indonesia diperkaya oleh berbagai bahasa. Ada yang berasal dari bahasa daerah, ada pula yang berasal dari bahasa asing. Yang berasal dari bahasa daerah, misalnya nyeri, babak, beres, dan sewenang-wenang. Adapun yang berasal dari bahasa asing lampu, motor, ahli, akhlak, dan lain-lain.
7. Kausal
8. Umum-Khusus / Khusus-Umum
Umum-Khusus:
Paragraf yang dimulai dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas.

Contoh:
Pada waktu menulis surat kita harus tenang. Kalau sedang sedih, bingung, kesal, atau marah kita jangan menulis surat. Kesedihan, kebingungan, kekesalan, dan kemarahan itu akan tergambar dalam surat kita. Mungkin akan tertulis kata-kata yang kurang terpikir, terburu nafsu, dan dapat merusak suasana.
Khusus-umum:
Paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas kemudian diikuti oleh pikiran pokok atau kesimpulan.
Contoh:
Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan bermacam-macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

9. Klasifikasi
10. Definisi Luas
11. Pengembangan dengan Alasan-alasan atau Sebab Akibat Pada paragraf ini didahului dengan sebab terjadinya sesuatu dan diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya atau sebaliknya. Sebab sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran-pikiran penjelas
(1) Itik Indonesia baik sekali untuk diternakkan.(2) Pemeliharaannya sederhana sekali. (3) Telurnya banyak. (4) Tahan terhadap berbagai penyakit. (5) Ia kuat sekali berjalan jauh. Kalimat (1) sebagai sebab dan kalimat (2), (3), (4), (5) sebagai akibat